TEMAN
#SangGuru - Afra Zahirah
Sunday, February 02, 2014
Calon
isteri soleha. Ya, itulah sahabatku. Bahkan aku pernah update status di akun
twitter milikku bahwa siapapun suaminya kelak, ia beruntung bisa mendapatkan
sahabatku ini. Mengapa aku begitu yakin ya? Hmm... Lihat saja beberapa tahun
yang akan datang......
*****
Afra
Zahirah. Gadis lembut berusia 17 tahun ini adalah sahabatku. Kami dipertemukan
Allah di SMK Negeri 1 Kota Bekasi, tempat dimana kami menuntut ilmu.
Bersama-sama belajar dengan teman-teman lainnya di kelas Akuntansi A. Selain
itu, kami juga bergabung dalam Rohis Adz-Dzikru. Awalnya aku tak begitu dekat
dengannya. Kami duduk berjauhan. Aku pun baru hafal nama panggilannya pada hari
kelima di minggu pertama sekolah. Ya, aku memang tidak terlalu memperhatikan
teman-teman di kelas itu. Aku juga sedikit susah untuk cepat menghafal nama dan
wajah orang serta kurang bisa beradaptasi dengan cepat.
Lalu,
bagaimana kami bisa dekat? Bisa dibilang, Afra yang memang ingin dekat
denganku. Hahaha. Aku bukan kegeeran, tapi memang begitu kenyataannya. Afra
sendiri yang bilang padaku kalau dulu dia terpesona denganku.
“Aku
dulu terpesona sama sabila. Kamu tuh diem banget. Jutek gitu. Terus pakai
kerudungnya panjang yang langsung itu, bukan kerudung segitiga. Cool! Aku pikir
kamu pasti anak ustadzah. Keren banget deh. Makanya aku deketin kamu. Biar bisa
temenan. Kan aku mau temenan sama orang yang kaya gitu, yang baik-baik.” kata
Afra.
“Hahaha
tuh kan bener! Cie banget kan Afra haha. Eh, Kaw, Is, dulu tuh Afra minta nomor
handphone, alamat rumah, padahal aku aja belum kenal, terus nanya ikut Rohis
apa engga deket-deketin banget gitu deh pokoknya, mau bareng aku terus. Haha.”
kataku pada Ikaw dan Isti dengan maksud untuk meledek Afra. Saat itu kami
sedang berkumpul di rumah Afra.
“Ih.
Aku khilaf tuh dulu. Ternyata aslinya Sabila gini. Huh.” Afra mengelak.
“Haha
tau-taunya aslinya gini ya, Fra? Suka malu-maluin juga. Hahaha.” Ikaw
menambahkan.
“Dih,
Afra ngga mau ngaku huuuuuu. Aku emang memesona sih. Hahaha. Eh apa apaan lo
kaw!.”
“Tapi
Sabila emang dulu gitu tuh. Pas pengumuman kan ya, jadi ayah gue ngobrol sama
ayahnya dia, kenalan gitu, terus nanya gimana lolos apa engga. Kayanya tuh ngga
ada ekspresi seneng sama sekali. Terus ngeliatin gue, ngomongnya, ih jutek
banget sumpah! Tapi ternyata udah kenal engga haha, jutek sih tetep, tapi ngga
kaya ketemu pas pertama kali.” Ikaw mengenang awal-awal kami bertemu.
“Heh
gue emang gitu, jutek. Kalo pertama ketemu gue pasti gitu kesannya. Tapi pas
lama-lama, udah kenal, gue asik kan? Baik kan? Ngga kaya pertama kali kan? Hahahaha
lo kan dulu seneng banget kaw masuk SMK 1 sampai loncat-loncat gitu. Girang
bener.” Waktu di sore itu kami habiskan untuk mengenang masa-masa awal perkenalan
kami.
*****
Afra
mengajarkanku banyak hal. Afra punya peran membuatku seperti sekarang ini.
Seperti sekarang ini? Iya, menjadi Sabila yang berhijab, Sabila yang lebih
dekat dengan pencipta-Nya, Insya Allah Sabila yang lebih baik dari sebelumnya.
Afra
sadis dan tangannya sangat jahil. Oh, tidak! Afra bukan tipe orang yang dikit-dikit
marah dikit-dikit marah, suka memukul dan suka iseng mengambil
sesuatu bukan miliknya. Sama sekali tidak. Sadis dan jahil disini ialah
tangannya yang suka mencabut rambutku yang keluar dari kerudung. Tak jarang aku
kesakitan karena rambutku dicabut olehnya.
Ada beberapa cara Afra mencabut
rambutku. Pertama, ia langsung cabut rambutku tanpa permisi. Kedua, ia permisi
dahulu dengan berkata “Bil, rambutnya keluar tuh. Aku cabut ya!” kemudian dia
mencabut rambutku. Ketiga, Afra hanya sekadar memberitahu kalau rambutku keluar
dan menyuruhku memasukkannya ke dalam kerudung. Namun, karena gelar ‘Afra si
tukang cabutin rambut yang keluar dari kerudung’ sudah melekat di otakku,
aku suka memberi tawaran “Nih, cabut aja, Fra”. Ada dua kemungkinan yang akan
terjadi. Afra menerima tawaran itu lalu mencabut rambutku atau ia menolak dan
menyuruhku untuk memasukkannya atau mencabut rambutku sendiri. Aku rasa,
kemungkinan yang kedua itu terjadi karena ia tak tega aku kesakitan, lagi malas
mencabut rambut orang atau mungkin karena ia khawatir nanti aku botak kalau
rambutnya keseringan dicabut.
Lalu, apakah aku tidak marah
rambutnya dicabutin? Tidak. Sama sekali tidak. Untuk apa aku marah. Ini
bukan suatu masalah bagiku. Mungkin awalnya aku sedikit kesal, tapi lama
kelamaan aku sadar, Afra pasti melakukan ini karena cinta. Cinta seorang
muslimah kepada muslimah lainnya. Ia tak ingin auratku terlihat, walau hanya
sedikit.
*****
Saat itu aku sampai kantor PT.United Tractors, Tbk
-tempat aku dan Afra PKL- pukul 07.05 WIB. Di ruangan PBSA, aku baru melihat ka Imel,
pegawai perempuan satu-satunya di ruangan itu. “Afra belum nyampe kali ya?”
pikirku. Tapi ternyata aku salah. Di bawah meja komputer, tas Afra yang berwana
hijau army itu tergeletak. Itu menandakan Afra sudah sampai lebih dulu daripada
aku.
“Ka imel, Afra kemana?” tanyaku pada Ka Imel yang
sedang asyik BBM-an.
“Nggatau, dek. Tadi aku sampe sini Afra udah ngga
ada” jawab ka imel.
Setelah menunggu beberapa lama, Afra datang ke
ruangan. Tak lama setelah Afra datang, para pegawai yang lain juga datang.
“Afra abis darimana?” tanya Ka Imel pada Afra.
“Hmm.. Abis jalan-jalan aja kak muter-muter” jawab
Afra.
“Fra, abis darimana sih? Jalan-jalan kemana?”
tanyaku dengan sedikit berbisik.
“Besok aku tunjukkin deh tempatnya.”
“Ih.. Bikin penasaran! Kasih tau aja sekarang” paksaku.
Afra melirik jam di layar komputer. “Kita kesana aja
deh sekarang.”
“Lah? Kemana?” Aku bingung sendiri. Aku menduga
kalau tempat yang Afra maksud adalah Musholla UT yang sebenarnya untuk kesana
bisa melalui jalan pintas, tanpa keluar dari pintu lobby, namun saat itu kami
belum mengetahuinya.
“Ke Musholla.” Aha! Dugaanku benar. “Nih ya, Bil.
Sebenarnya kita bisa sholat dhuha. Masuk kan jam 07.30, jam 07.00 kalo kita
udah sampai langsung aja ke masjid. Udah bisa kok sholat kalo ngga tunggu
bentar, ngadem aja di musholla, terus jam tujuh lewat baru sholat. Lagian kakak-kakak
disini aja jam 07.30 aja masih sarapan kan? Yaudah kalo telat balik ke ruangan
kita minta maaf aja.” Afra menjelaskan panjang lebar.
“Oh.. iya iya. Target dari ka Putri kan ada juga
tuh, masa iya ngga tercapai mulu..
Yaudah ayo!!! ”
Seterusnya, setiap pagi jika sudah tiba di kantor,
kami langsung menuju musholla, kecuali jika kami halangan. Selain itu,
rutinitas lain ialah membaca Al-Matsurat dan membaca do’a sebelum kami mulai
bekerja. Afra bilang padaku kalau melakukan segala sesuatu yang baik bisa jadi
ibadah jika melakukannya karena Allah, menyertai Allah. Contoh kecil membawa
serta Allah itu ya membaca “Bismillahhirrahmaanirrahiim”. Lalu, kalau
melakukannya karena Allah, contohnya kita makan biar sehat, kalau kita sehat
ibadah kepada Allah pun lancar. Ya, itulah yang aku ingat.
Selama PKL di sana, jika kami sudah menyelesaikan
tugas, biasanya kami sharing. Sharing apa? Tentu banyak hal. Mulai dari urusan
Rohis, tentang diri sendiri, sampai cerita hal-hal yang nggak penting, yang
bikin ketawa, dan lainnya. Bisa dibilang, masa-masa PKL ini adalah masa-masa
aku dan Afra tambah dekat. (Cieeeeeeee :p hahaha). Afra paling sering sharing
tentang agama. Memberi tahuku banyak hal, mengajariku agar menjadi muslimah
sesungguhnya, mengingatkanku, memberi masukan untukku dan menyuruhku untuk
menghafal Al-Qur’an daripada twitteran saat tidak ada pekerjaan atau waktu
kosong. Saat PKL juga Afra tahu sesuatu tentang diriku, begitupun sebaliknya,
aku tahu sesuatu tentang Afra. Sesuatu yang belum dan mungkin tidak akan
diketahui oleh teman-teman sekelas kami lainnya. Aku percaya untuk menceritakan
tentang ini padanya. Aku pun senang karena Afra memercayaiku tahu tentang hal
itu. Bahkan aku pernah hampir nangis saat sharing dengannya. Ah, mungkin aku
saja yang cengeng.
Setiap makan siang, Afra selalu mengingatkanku untuk
menghabiskan makanan yang aku ambil. Memang, Afra bersih sekali kalau makan.
Sedangkan aku seringkali menyisakan nasi atau lauknya di piring. Jika masih ada
sisa walau hanya beberapa butir nasi pun, Afra berkata padaku “Itu bil masih
ada nasinya. Abisin!” Sejak saat itu, aku mulai membiasakan diri untuk ‘makan
yang bersih’. Afra bilang, nasi itu harus dihabiskan karena kita tidak tahu
nasi mana yang berkah untuk kita.
Afra juga perhatian padaku. Dia sering
mengingatkanku untuk tidak telat makan. Aku memang sedikit ada ‘masalah’ dengan
lambung. Jadi, kalau ada rapat rohis, kerja kelompok atau hal lainnya yang
mengharuskanku pulang lebih lama dan aku bilang belum makan, pasti Afra
langsung memaksaku untuk makan. Begitupun dengan kawan-kawanku yang lainnya.
Aku bersyukur bertemu mereka. :)
*****
Afra sangat ingin menjadi penulis. Kalau aku
perhatikan, Afra memang memiliki bakat untuk menjadi penulis. Dia suka menulis
cerpen yang bagus-bagus. Selain itu, dia juga suka membuat kata-kata yang
indah. Semua tulisannya bermakna dan sebagian besar berbau islami. (Mari kita
do’akan Afra agar menjadi penulis sukses).
Wah, kalau cerita tentang Afra, nggak ada
habisnya deh! Afra suka memandang langit. Afra tegas, terutama kalau
berhubungan dengan laki-laki. Afra anggun. Afra sudah terbiasa mengurus rumah,
masak, bahkan menurus anak kakaknya yang sering dititipkan ke Afra. Afra tidak
suka mendengarkan musik, apalagi lagu-lagu galau. Kalau dengar suara musik yang
sedikit keras, katanya kupingnya langsung sakit. Afra punya semangat yang
tinggi untuk meraih cita-citanya. Afra rajin. Afra tidak sempurna, karena yang
sempurna itu hanya Allah. Di balik sifat-sifat baik dan kelebihan Afra, tentu
ia punya banyak kekurangan pula. Namun,aku tidak akan menceritakannya. Aku
bingung kalau mengungkapkan kekurangan orang lain. Pokoknya Afra itu calon
isteri soleha. Titik! Afra itu sesuatuk. (Sesuatuk = Lebih dari sesuatu).
Untuk
sahabat dunia-akhiratku, Afra Zahirah :)
Maaf membuatmu lama menunggu tulisan ini.
Salam manis dari orang manis, Nikmatun Aliyah Salsabila <3
*********************************************
Tulisan ini buat Afra Zahirah, sebagai balasan tulisan dia buat aku dulu hehe. Judul tulisan dia buat aku itu "Sepuluh Sifat Manis Ukhti Sabila" wihihihii. Sama kayak Dara, tulisan yang aku buat lama banget aku kasihnya :p
0 komentar