#SangGuru - Afra Zahirah

            Calon isteri soleha. Ya, itulah sahabatku. Bahkan aku pernah update status di akun twitter milikku bahwa siapapun suaminya k...


            Calon isteri soleha. Ya, itulah sahabatku. Bahkan aku pernah update status di akun twitter milikku bahwa siapapun suaminya kelak, ia beruntung bisa mendapatkan sahabatku ini. Mengapa aku begitu yakin ya? Hmm... Lihat saja beberapa tahun yang akan datang...... 

*****

            Afra Zahirah. Gadis lembut berusia 17 tahun ini adalah sahabatku. Kami dipertemukan Allah di SMK Negeri 1 Kota Bekasi, tempat dimana kami menuntut ilmu. Bersama-sama belajar dengan teman-teman lainnya di kelas Akuntansi A. Selain itu, kami juga bergabung dalam Rohis Adz-Dzikru. Awalnya aku tak begitu dekat dengannya. Kami duduk berjauhan. Aku pun baru hafal nama panggilannya pada hari kelima di minggu pertama sekolah. Ya, aku memang tidak terlalu memperhatikan teman-teman di kelas itu. Aku juga sedikit susah untuk cepat menghafal nama dan wajah orang serta kurang bisa beradaptasi dengan cepat.

            Lalu, bagaimana kami bisa dekat? Bisa dibilang, Afra yang memang ingin dekat denganku. Hahaha. Aku bukan kegeeran, tapi memang begitu kenyataannya. Afra sendiri yang bilang padaku kalau dulu dia terpesona denganku. 

            “Aku dulu terpesona sama sabila. Kamu tuh diem banget. Jutek gitu. Terus pakai kerudungnya panjang yang langsung itu, bukan kerudung segitiga. Cool! Aku pikir kamu pasti anak ustadzah. Keren banget deh. Makanya aku deketin kamu. Biar bisa temenan. Kan aku mau temenan sama orang yang kaya gitu, yang baik-baik.” kata Afra.

         “Hahaha tuh kan bener! Cie banget kan Afra haha. Eh, Kaw, Is, dulu tuh Afra minta nomor handphone, alamat rumah, padahal aku aja belum kenal, terus nanya ikut Rohis apa engga deket-deketin banget gitu deh pokoknya, mau bareng aku terus. Haha.” kataku pada Ikaw dan Isti dengan maksud untuk meledek Afra. Saat itu kami sedang berkumpul di rumah Afra.

            “Ih. Aku khilaf tuh dulu. Ternyata aslinya Sabila gini. Huh.” Afra mengelak.

            “Haha tau-taunya aslinya gini ya, Fra? Suka malu-maluin juga. Hahaha.” Ikaw menambahkan.

        “Dih, Afra ngga mau ngaku huuuuuu. Aku emang memesona sih. Hahaha. Eh apa apaan lo kaw!.”

          “Tapi Sabila emang dulu gitu tuh. Pas pengumuman kan ya, jadi ayah gue ngobrol sama ayahnya dia, kenalan gitu, terus nanya gimana lolos apa engga. Kayanya tuh ngga ada ekspresi seneng sama sekali. Terus ngeliatin gue, ngomongnya, ih jutek banget sumpah! Tapi ternyata udah kenal engga haha, jutek sih tetep, tapi ngga kaya ketemu pas pertama kali.” Ikaw mengenang awal-awal kami bertemu.

            “Heh gue emang gitu, jutek. Kalo pertama ketemu gue pasti gitu kesannya. Tapi pas lama-lama, udah kenal, gue asik kan? Baik kan? Ngga kaya pertama kali kan? Hahahaha lo kan dulu seneng banget kaw masuk SMK 1 sampai loncat-loncat gitu. Girang bener.” Waktu di sore itu kami habiskan untuk mengenang masa-masa awal perkenalan kami.

*****

            Afra mengajarkanku banyak hal. Afra punya peran membuatku seperti sekarang ini. Seperti sekarang ini? Iya, menjadi Sabila yang berhijab, Sabila yang lebih dekat dengan pencipta-Nya, Insya Allah Sabila yang lebih baik dari sebelumnya. 

            Afra sadis dan tangannya sangat jahil. Oh, tidak! Afra bukan tipe orang yang dikit-dikit marah dikit-dikit marah, suka memukul dan suka iseng mengambil sesuatu bukan miliknya. Sama sekali tidak. Sadis dan jahil disini ialah tangannya yang suka mencabut rambutku yang keluar dari kerudung. Tak jarang aku kesakitan karena rambutku dicabut olehnya. 

Ada beberapa cara Afra mencabut rambutku. Pertama, ia langsung cabut rambutku tanpa permisi. Kedua, ia permisi dahulu dengan berkata “Bil, rambutnya keluar tuh. Aku cabut ya!” kemudian dia mencabut rambutku. Ketiga, Afra hanya sekadar memberitahu kalau rambutku keluar dan menyuruhku memasukkannya ke dalam kerudung. Namun, karena gelar ‘Afra si tukang cabutin rambut yang keluar dari kerudung’ sudah melekat di otakku, aku suka memberi tawaran “Nih, cabut aja, Fra”. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Afra menerima tawaran itu lalu mencabut rambutku atau ia menolak dan menyuruhku untuk memasukkannya atau mencabut rambutku sendiri. Aku rasa, kemungkinan yang kedua itu terjadi karena ia tak tega aku kesakitan, lagi malas mencabut rambut orang atau mungkin karena ia khawatir nanti aku botak kalau rambutnya keseringan dicabut. 

Lalu, apakah aku tidak marah rambutnya dicabutin? Tidak. Sama sekali tidak. Untuk apa aku marah. Ini bukan suatu masalah bagiku. Mungkin awalnya aku sedikit kesal, tapi lama kelamaan aku sadar, Afra pasti melakukan ini karena cinta. Cinta seorang muslimah kepada muslimah lainnya. Ia tak ingin auratku terlihat, walau hanya sedikit. 

*****

Saat itu aku sampai kantor PT.United Tractors, Tbk -tempat aku dan Afra PKL- pukul 07.05 WIB.  Di ruangan PBSA, aku baru melihat ka Imel, pegawai perempuan satu-satunya di ruangan itu. “Afra belum nyampe kali ya?” pikirku. Tapi ternyata aku salah. Di bawah meja komputer, tas Afra yang berwana hijau army itu tergeletak. Itu menandakan Afra sudah sampai lebih dulu daripada aku. 

“Ka imel, Afra kemana?” tanyaku pada Ka Imel yang sedang asyik BBM-an.

“Nggatau, dek. Tadi aku sampe sini Afra udah ngga ada”  jawab ka imel. 

Setelah menunggu beberapa lama, Afra datang ke ruangan. Tak lama setelah Afra datang, para pegawai yang lain juga datang.

“Afra abis darimana?” tanya Ka Imel pada Afra.

“Hmm.. Abis jalan-jalan aja kak muter-muter” jawab Afra.

“Fra, abis darimana sih? Jalan-jalan kemana?” tanyaku dengan sedikit berbisik.

“Besok aku tunjukkin deh tempatnya.”

“Ih.. Bikin penasaran! Kasih tau aja sekarang” paksaku.

Afra melirik jam di layar komputer. “Kita kesana aja deh sekarang.”

“Lah? Kemana?” Aku bingung sendiri. Aku menduga kalau tempat yang Afra maksud adalah Musholla UT yang sebenarnya untuk kesana bisa melalui jalan pintas, tanpa keluar dari pintu lobby, namun saat itu kami belum mengetahuinya.

“Ke Musholla.” Aha! Dugaanku benar. “Nih ya, Bil. Sebenarnya kita bisa sholat dhuha. Masuk kan jam 07.30, jam 07.00 kalo kita udah sampai langsung aja ke masjid. Udah bisa kok sholat kalo ngga tunggu bentar, ngadem aja di musholla, terus jam tujuh lewat baru sholat. Lagian kakak-kakak disini aja jam 07.30 aja masih sarapan kan? Yaudah kalo telat balik ke ruangan kita minta maaf aja.” Afra menjelaskan panjang lebar.

“Oh.. iya iya. Target dari ka Putri kan ada juga tuh, masa iya ngga tercapai mulu..  Yaudah ayo!!! ”

Seterusnya, setiap pagi jika sudah tiba di kantor, kami langsung menuju musholla, kecuali jika kami halangan. Selain itu, rutinitas lain ialah membaca Al-Matsurat dan membaca do’a sebelum kami mulai bekerja. Afra bilang padaku kalau melakukan segala sesuatu yang baik bisa jadi ibadah jika melakukannya karena Allah, menyertai Allah. Contoh kecil membawa serta Allah itu ya membaca “Bismillahhirrahmaanirrahiim”. Lalu, kalau melakukannya karena Allah, contohnya kita makan biar sehat, kalau kita sehat ibadah kepada Allah pun lancar. Ya, itulah yang aku ingat. 

Selama PKL di sana, jika kami sudah menyelesaikan tugas, biasanya kami sharing. Sharing apa? Tentu banyak hal. Mulai dari urusan Rohis, tentang diri sendiri, sampai cerita hal-hal yang nggak penting, yang bikin ketawa, dan lainnya. Bisa dibilang, masa-masa PKL ini adalah masa-masa aku dan Afra tambah dekat. (Cieeeeeeee :p hahaha). Afra paling sering sharing tentang agama. Memberi tahuku banyak hal, mengajariku agar menjadi muslimah sesungguhnya, mengingatkanku, memberi masukan untukku dan menyuruhku untuk menghafal Al-Qur’an daripada twitteran saat tidak ada pekerjaan atau waktu kosong. Saat PKL juga Afra tahu sesuatu tentang diriku, begitupun sebaliknya, aku tahu sesuatu tentang Afra. Sesuatu yang belum dan mungkin tidak akan diketahui oleh teman-teman sekelas kami lainnya. Aku percaya untuk menceritakan tentang ini padanya. Aku pun senang karena Afra memercayaiku tahu tentang hal itu. Bahkan aku pernah hampir nangis saat sharing dengannya. Ah, mungkin aku saja yang cengeng.

Setiap makan siang, Afra selalu mengingatkanku untuk menghabiskan makanan yang aku ambil. Memang, Afra bersih sekali kalau makan. Sedangkan aku seringkali menyisakan nasi atau lauknya di piring. Jika masih ada sisa walau hanya beberapa butir nasi pun, Afra berkata padaku “Itu bil masih ada nasinya. Abisin!” Sejak saat itu, aku mulai membiasakan diri untuk ‘makan yang bersih’. Afra bilang, nasi itu harus dihabiskan karena kita tidak tahu nasi mana yang berkah untuk kita. 

Afra juga perhatian padaku. Dia sering mengingatkanku untuk tidak telat makan. Aku memang sedikit ada ‘masalah’ dengan lambung. Jadi, kalau ada rapat rohis, kerja kelompok atau hal lainnya yang mengharuskanku pulang lebih lama dan aku bilang belum makan, pasti Afra langsung memaksaku untuk makan. Begitupun dengan kawan-kawanku yang lainnya. Aku bersyukur bertemu mereka. :)

*****

Afra sangat ingin menjadi penulis. Kalau aku perhatikan, Afra memang memiliki bakat untuk menjadi penulis. Dia suka menulis cerpen yang bagus-bagus. Selain itu, dia juga suka membuat kata-kata yang indah. Semua tulisannya bermakna dan sebagian besar berbau islami. (Mari kita do’akan Afra agar menjadi penulis sukses).

Wah, kalau cerita tentang Afra, nggak ada habisnya deh! Afra suka memandang langit. Afra tegas, terutama kalau berhubungan dengan laki-laki. Afra anggun. Afra sudah terbiasa mengurus rumah, masak, bahkan menurus anak kakaknya yang sering dititipkan ke Afra. Afra tidak suka mendengarkan musik, apalagi lagu-lagu galau. Kalau dengar suara musik yang sedikit keras, katanya kupingnya langsung sakit. Afra punya semangat yang tinggi untuk meraih cita-citanya. Afra rajin. Afra tidak sempurna, karena yang sempurna itu hanya Allah. Di balik sifat-sifat baik dan kelebihan Afra, tentu ia punya banyak kekurangan pula. Namun,aku tidak akan menceritakannya. Aku bingung kalau mengungkapkan kekurangan orang lain. Pokoknya Afra itu calon isteri soleha. Titik! Afra itu sesuatuk. (Sesuatuk = Lebih dari sesuatu).

Untuk sahabat dunia-akhiratku, Afra Zahirah :)
                           Maaf membuatmu lama menunggu tulisan ini.
            Salam manis dari orang manis, Nikmatun Aliyah Salsabila <3

*********************************************


Tulisan ini buat Afra Zahirah, sebagai balasan tulisan dia buat aku dulu hehe. Judul tulisan dia buat aku itu "Sepuluh Sifat Manis Ukhti Sabila" wihihihii. Sama kayak Dara, tulisan yang aku buat lama banget aku kasihnya :p


You Might Also Like

0 komentar

Nikmatun Aliyah Salsabila. Powered by Blogger.