Bahagianya Mereka

Tadi sore ada acara eFishery Chat spesial Hari Kartini yang membahas bagaimana caranya mengelola mental health yang sehat agar tetap produkt...

Tadi sore ada acara eFishery Chat spesial Hari Kartini yang membahas bagaimana caranya mengelola mental health yang sehat agar tetap produktif. Pada akhir paparannya, sang pemateri memberi kutipan,

"Bahagia adalah pilihan, maka mulailah dengan kamu yang bahagia."

Bahagia adalah pilihan. 
Kita bisa memilih untuk bahagia. 
Gimana? Ya dengan mulai untuk bahagia sesuai versi bahagia masing-masing, karena definisi bahagia tiap orang pasti berbeda.

Mendengar ini, saya jadi penasaran definisi bahagia versi teman-teman saya.

Saya coba tanya ke teman-teman saya. Tiga teman dekat sejak SMK, dan satu teman dekat saat kuliah. Sebut saja Mawar, Anggrek, Lilac, dan Tulip.


Yang pertama Mawar, teman saya yang berprofesi sebagai guru. Mawar memberikan jawaban versi bahagianya yang selalu meliputi orang lain. Dia akan merasa bahagia kalau keberadaannya diterima, dihargai, dibutuhkan, dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Dia akan bahagia jika didengarkan dengan baik tiap dia cerita. Dia akan bahagia apabila melihat orang yang disayangi bahagia juga, terutama kalau dia jadi alasan orang tersebut bahagia, misalnya karena sesuatu yang dia lakukan atau berikan.

Teman saya yang satu ini memang keberadaannya yang paling mudah ditemui. Maksudnya, dia se-aktif itu. Kayaknya satu sekolah atau setidaknya satu angkatan waktu itu agak mustahil kalau nggak kenal sama dia. Dia pun seorang guru sekaligus pegawai TU, yang memang selalu berhadapan dengan banyak orang. 

Saya jadi ngeh, ternyata hal kayak gitu mempengaruhi definisi bahagianya, ya. Soalnya ini terbaca juga di jawaban Anggrek.

Versi bahagia teman saya Anggrek si budak korporat yang hidupnya yaudahlah-ikuti-air-mengalir-saja mungkin sama seperti kebanyakan orang terutama budak korporat lainnya, yaitu ketika menerima duit. Bisa makan enak juga jadi hal yang membahagiakan buat dia. 

Sekarang dia belum menerima THR dan gaji, begitu pula dengan makan enak. Jadi hari ini dia merasa biasa aja, belum bahagia.
"Kalau gajian pun bahagianya cuma sejam," katanya

Dan sejam itu termasuk lama menurutnya. 
Buat diaseseorang yang dapat energi dari dirinya sendiri, bahagia versi Mawar tadi jadi bahagia yang biasa aja buat dia, dan durasinya paling hanya hitungan menit. 

Nah, jadi membuat saya bertanya-tanya lagi. Perasaan bahagia tuh rata-rata bertahan seberapa lama, sih? Ada nggak ya yang bahagianya sampai berhari-hari karena suatu hal? Apalagi bahagia yang benar-benar dirasakan se-bahagia-itu pas awal.

Ngomong-ngomong, bahagia dia kan makan enak, ya. Dan dia termasuk sering ajak saya buat nyoba ini itu. Berarti Anggrek bahagia pas bareng saya. :) Wow, saya terharu. (Kalau dia baca ini mungkin bakal misuh-misuh)

Oke. Lanjut.

Berbeda lagi dengan Mawar dan Anggrek, teman saya Lilac yang juga budak korporat sejak lulus SMK memberikan respon begini ketika saya tiba-tiba memberi pertanyaan tentang bahagia:

"Hahhh? Ngapain dah?"
Saya balas, "Ya nanya 😒"

Alhamdulillaah masih terjawab pertanyaannya meski mungkin dia makin heran dengan berbagai pertanyaan random saya. Bahagia versi Lilac intinya satu, yaitu kalau dapat kabar bagus. Namun sayangnya, ketika saya tanya lagi apakah sekarang dia sedang bahagia, ternyata jawabannya tidak. Soalnya dia baru mendapat kabar buruk. :( Selanjutnya yang terjadi adalah dia menceritakan tentang kabar buruk tersebut. 

Semoga satu jam ke depan dia mendapat kabar bagus agar bahagia kembali.

Melihat respon teman-teman saya sejak 12 tahun lalu ini dan cara jawabnya pun berbeda merupakan hal yang menarik buat saya. Kami semua memang beda-beda, tapi untungnya masih nyambung dan cocok berteman, saling menerima perbedaan sifat.

Lalu, yang terakhir teman kuliah saya, Tulip. Bahagianya dia seluas itu, mulai dari hal-hal sederhana. Dia merasa tiap hari bahagia karena merasa cukup semuanya. Tidur nyaman tanpa sesak akan membuat bahagia. Internet ada tiap hari aja sudah jadi hal yang membahagiakan buat dia.

Percakapan berlanjut sampai dia menceritakan sisi lainnya. Dia yang dulu pernah merasa kosong, lalu akhrinya merasa lebih bahagia setelah menemukan jawaban atau solusinya. Salah satu jawabannya ada di surat Al Muzammil. Dia lebih mendekatkan diri kepada-Nya, mencari jalan keluar dari kekosongan itu melalui shalat tahajud.

Masya Allah :")


Itu bahagianya mereka. Bagaimana dengan bahagianya saya?

Hmm. Beragam juga, tapi salah satunya adalah ketika memiliki teman yang dengan ikhlas menjawab segala pertanyaan random saya secara tiba-tiba. Teman-teman baik yang bisa saya ajak berbincang berbagai hal. Teman-teman yang bisa menjadi pengingat buat saya. Dan empat di antaranya, mereka. 



Selanjutnya, saya mau merenung, untuk menjawab pertanyaan lain yang muncul di otak saya gara-gara percakapan ini. Kali ini, untuk saya jawab sendiri. 


You Might Also Like

0 komentar

Nikmatun Aliyah Salsabila. Powered by Blogger.