Sesuatu yang Tidak Berarti

Pernah nggak?   Kamu merasa tidak berbuat sesuatu yang berarti, tapi ternyata dapat apresiasi; diingat, diberi ucapan terima kasih. Bahkan, ...

Pernah nggak? 

Kamu merasa tidak berbuat sesuatu yang berarti, tapi ternyata dapat apresiasi; diingat, diberi ucapan terima kasih. Bahkan, bonus didoakan yang baik.

Beberapa hari lalu, saya mengalami hal itu.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB, tapi saya masih 'terjebak' di agenda meeting yang cukup menguras otak, alias bikin saya agak pusing. Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya selesai juga meeting-nya. Saya langsung merebahkan diri ke kasur sambil mengecek HP. 

Oh! Ada notifikasi pesan di WhatsApp  dari nomor yang saya tidak simpan. 

Penasaran, saya langsung membaca pesan tersebut. 

Assalamualaikum Ka Sabil, aku **** ****** ka yg pernah hub kaka waktu aku galau ambil topik TA hehehe

Aku mau ngucapin makasi banyak ya ka udah meyakinkan aku untuk brani ambil topik citra embrio ini dan alhamdulillah ta ku sudah selesaii. Mohon maaf juga ya ka aku ngilang" di dc NLP.

Sukses dan sehat selalu ya ka sabil!

Pesan itu datang dari junior saya di kampus. Sebenarnya saya tidak kenal dia karena saya sudah lulus ketika Ia masuk. Namun, waktu itu pernah ada komunikasi pertama kali ketika dia menghubungi saya untuk ikut serta di acara alumni dan mahasiswa aktifyang berujung tidak bisa saya ikuti karena sedang sakit. Lebih dari itu, betul-betul tidak banyak interaksi kecuali ketika saya mengumumkan ada channel discord untuk membahas data science dan NLP khusus jurusan di kampus, dan ketika dia dengan tiba-tiba bertanya tentang tugas akhir ke saya. 

Gimana ya mengekspresikan perasaan saya ketika membaca ini?

Cukup membuat saya terdiam. Maksudnya, saya merasa tidak berbuat hal yang wow atau membantu, bahkan saya sendiri sudah lupa kalau pernah dihubungi dia yang galau tentang TA-nya. 

Saya coba lihat history chat-nya, ternyata dia pernah bingung untuk memilih antara dua topik, lalu bertanya kepada saya lebih baik memilih yang mana. Dan yang saya lakukan, tidak benar-benar menunjuk ke satu topik tertentu. Saya cuma bisa kasih tau dan mengarahkan apa-apa saja yang harus dia pertimbangkan dan pikirkan apabila memilih topik A atau topik B. Selain itu, karena dataset yang akan digunakan juga berbeda jenisnya, maka saya bertanya apa yang dia suka, dan menekankan untuk memilih itu agar bisa cukup enjoy mengerjakannya. Dia bilang kalau suka data gambar, tetapi memiliki kekhawatiran di teknik, algoritma pengerjaannya. Pada akhirnya, saya bilang untuk pilih data gambar kalau memang dia suka, dan masalah algoritma bisa mengikuti contoh implementasi yang sudah banyak di luar sana, disesuaikan dengan kasus yang dikerjakan, dan bisa dipelajari lebih lanjut nantinya. 

Sudah. Sebatas itu saja. Rasanya mungkin nggak berarti sebegitunya untuk diingat kembali ketika dia sudah berhasil menyelesaikan TA. Yang saya lakukan juga tidak benar-benar meyakinkan untuk memilih, pun tidak membantu setelahnya. Dengan dia mengucapkan terima kasih kala itu, sepertinya sudah cukup.

Tapi, ternyata memang benar kalau kita tidak boleh mengecilkan sesuatu, karena hal yang menurut kita biasa saja, belum tentu menurut orang lain seperti itu pula. 

Apa sih, perasaan cuma gitu doang?!

Seringkali kalimat itu muncul.

Well, saya semakin memahami bahwa hal yang kita rasa tidak terlalu berarti dan membantu, ternyata cukup berarti bagi yang lain untuk diingat.

Ini pun berlaku untuk hal sebaliknya, untuk hal yang kurang baik. Sesuatu yang menurut kita tidak berarti, tidak menyakiti sampai mengucapkan "apa sih gitu doang kok baper", bisa jadi memiliki arti, menyakiti orang lain dan akan diingat. 

***

Pesan dari junior saya tersebut dengan magisnya membuat kepala mumet nan pusing saya berangsur membaik. Terima kasih!



Salam,

You Might Also Like

0 komentar

Nikmatun Aliyah Salsabila. Powered by Blogger.