Aku Si Paling Salah

Tanggal 2 April 2023 kemarin saya mengikuti event #BLPTalks X LevelUWU. Acara ini diadakan online via Zoom. Saya tau tentang ini karena tiba...

Tanggal 2 April 2023 kemarin saya mengikuti event #BLPTalks X LevelUWU. Acara ini diadakan online via Zoom. Saya tau tentang ini karena tiba-tiba muncul iklan di Instagram, terus iseng aja klik mengarah ke web untuk lihat deskripsi lebih detail. 

Hmm... Menarik.

Acara ini bertajuk "Insecurity: How To Make Peace With It". Pembicaranya ada tiga orang, yang dua di antaranya saya sudah follow lumayan lama di Twitter; Jiemi Ardian, Andreas Kurniawan, Nago Tejena. 

Karena saya penasaran mau dengerin langsung penuturan dr. Jiemi dan dr. Andreas yang selama ini cuma saya tau dari cuitan-cuitannya, jadi saya daftar aja. Ini berbayar sih, tapi dapet goodie bag isi produk BLP yang kalau ditotal harganya lebih dari biaya pendaftaran, walhasil saya makin mantep buat daftar. Huehehe.

Ternyata insightful banget!

Kemarin saya semangat untuk menyimak dan cukup banyak mencatat hal-hal menarik yang disampaikan dr. Jiemi, dr. Andreas, dan dukun Ko Nago. Mereka juga menjelaskan dan menjawab pertanyaan dengan asik. Ada lawaknya juga! Saya pribadi paling suka dengan cara penyampaian dr. Andreas, tapi ketiganya memang 👍👍👍.

Ada materi dari dr. Andreas yang membahas 6 cognitive error pada insecurity, salah satunya adalah personalizing.

Personalizing tuh kira-kira begini:

"Semua ini salahku."

"Semua orang nggak suka aku."

"Aku pusat dunia." 


Aku. Aku. Aku.


Wah, ini nih!


Salah, merasa paling payah, dan menyalahkan diri terus-menerus.  

Jujur, saya pun pernah begitu. Dulu, terutama saat pertama kalinya bekerja setelah lulus kuliah, sering banget dihantui pertanyaan di otak, "gimana kalau salah?". Belum kejadian salah aja udah dipikirin, dan ketika beneran melakukan kesalahan ya bisa ditebak sendiri apa yang terjadi. 

Bersyukurnya, Allah kasih lingkungan yang positif buat saya. Waktu itu pernah menyuarakan keresahan ini ke dosen pembimbing saya (sekaligus DS lead di tempat kerja saya dulu) ketika one-on-one, dan beliau bilang, "Ya nggak apa-apa kalau salah. Kan bisa dibenerin lagi setelahnya."

Pernah juga saya minta maaf ke rekan kerja saya karena salah, kok payah banget, dan dia jawab, "Tenang aja, nanti kita benerin bareng-bareng. Semua orang pasti pernah salah. Nggak usah dipikirin banget, lagian ini biasa kok nggak se-salah itu."

Salah itu nggak apa-apa. Kalau salah, yaudah tinggal benerin dan belajar dari sana. 

Oke sip noted jadiin mantra.


Kemarin dr. Andreas pun mengatakan hal serupa. Katanya, salah satu cara untuk reframing ini adalah dengan bilang ke diri sendiri, "Oke aku salah, tapi bukan satu-satunya yang salah di dunia. Kalau salah ya diperbaiki."

Lalu, perihal salah ini yang paling penting adalah mencari APA yang salah, bukan semata-mata SIAPA yang salah. Kalau cuma berpusat sama siapa-nya itu susah, bisa nggak berujung menyalahkan diri sendiri dan ini nggak bagus. 

Batas menyalahkan diri sendiri adalah cari tau apa yang salah. Kalau udah ketemu apa yang salah, oke boleh aja salahin diri sendiri, tapi abis itu harus usaha untuk perbaiki. Katanya, fungsi perasaaan bersalah adalah progressing dan minta maaf.


Yak!

Terakhir, sebagai penutup tulisan pertama di Ramadan tahun ini, saya cuma mau bilang...

kamu bukan si paling salah. 


Aku pun begitu.


Salam,




You Might Also Like

0 komentar

Nikmatun Aliyah Salsabila. Powered by Blogger.